Pintar Bahasa Arab: Keutamaan Belajar Bahasa Arab
Oleh:
Abdurahman Baharudin Wahid
Tag: bahasa Arab, Belajar Bahasa Arab, Aceng
Zakaria, Abu Razin, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Bahasa Arab Dasar, Abu Hamzah
Yusuf, panduan bahasa Arab, kitab al-muyassar
fii ilmi an-nahwi
Pintar Bahasa Arab:Keutamaan Belajar Bahasa Arab. Kali ini, Pintar Bahasa Arab akan berbicara
tentang keutamaan belajar bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah salah satu
wasilah (perantara) yang dapat memudahkan kita dalam memahami agama islam dengan
benar. Karena agama islam ini bersumber dari Al-Quran dan Hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Qur’an
dan Hadits nabi disampaikan kepada umat islam dengan berbahasa arab. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
Inna
anzalnaahu qur-aanan ‘arobiyyan la’allakum ta’qiluun (Yuusuf: 2)
Yang artinya “Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa arab agar kamu
memahaminya.” (Yusuf: 2)
Maka dari itu, kita perlu mempelajari bahasa arab
agar bisa lebih mudah dalam memahami agama islam ini. Hal tersebut ditegaskan oleh Ustadz Aceng Zakaria “Kebutuhan
seorang muslim untuk mengerti kaidah-kaidah bahasa Arab adalah darurat sekali.
Hal ini karena dengannya menjadi sebab untuk memahami Al-Quran dan as-Sunnah.
Dan sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita
untuk berpegang teguh dengan keduanya serta beramal dengannya. Dan tidak
mungkin kita memahami keduanya dengan sempurna kecuali setelah mengerti
kaidah-kaidah bahasa Arab.”
Ustadz Abu
Hamzah Yusuf al-Atsary berkata: “Bahasa Arab adalah bagian dari ilmu islam,
meski kedudukannya sebagai wasilah (perantara) untuk memahami ilmu-ilmu utama
dalam agama islam, namun bahasa arab mendapat posisi penting di antara
ilmu-ilmu wasilah, sehingga para ulama banyak memberikan perhatian terhadap
bahasa Arab.
Syaikh
Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah berkata,
‘bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari
ilmu syar’i dan yang dapat menopangnya seperti ilmu nahwu.” (Syarh Riyadhus
Shalihin : 3/ 120).
Imam
As-Sakhawi Rahimahullah dalam
kitab Fathul Mughits (3/ 160-164) menukil ucapan Al-Imam Asy-Sya’bi Rahimahullah
:
An-Nahwu fii al-Ilmi ka al-Milhi fii ath-Tha’aami
Nahwu di dalam ilmu ibaraat garaam pada makanan.
Makanan apapun akan terasa nikmat kalau garamnya
cukup, demikian pula dengan ilmu agama, akan terasa nikmat dalam mempelajarinya
jika memahami ilmu nahwu, oleh karena itu mendapatkan posisi cukup penting di
antara ilmu-ilmu lainnya, bahkan Imam
Asy-Syu’bah Rahimahullah mengatakan:
“barangsiapa yang pandai dengan hadits
tetapi tidak pandai dengan bahasa Arab maka kedudukannya bagaikan badan tanpa
kepala.”
Imam
Hammad Ibnu Salamah Rahimahullah juga
menegaskan “… keadannya seperti keledai
di atasnya ada keranjang (rumput) namun tidak ada gandum di dalamnya.” (Fathul
Mughits : 3: 160-164)
Ustadz Abu
Hamzah Yusuf al-Atsary melanjutkan, “Seorang yang berbicara, membaca
atau mengungkapkan kalimat-kalimat Arab akan terasa enak untuk didengar
manakala sesuai dengan tata bahasa Arabnya (nahwu dan sharaf), sehingga
siapapun yang demikian keadaannya akan lebih dikedepankan dan lebih dihormati
keberadaannya, disebutkan dalam sebuah syair:
An- Nahwu Zaidun Lilfataa Yukrimuhu
haitsu ataa
Nahwu ibarat “Zaid” pada seorang pemuda ia akan dihormati di manapun berada
Di tempat manapun orang-orang mempelajari nahwu,
tentu akan mendapatkan sang phenomenon “Zaid”,
sebagai contoh paling popular dalam bidang ilmu ini, sehingga nama”zaid” pun
selalu disebut-sebut. Dalam bahasa Indonesia, kita sering menjumpai nama “Budi”
sebagai contoh paling popular, nama “Budi” pun menjadi tenar karena sering
disebut-sebut.
Allah Subhanahu
wa Ta’a’a telah memberikan karunia yang sangat besar kepada kita berupa
lisan sebagai satu-satunya bagian dari anggota badan yang dapat berbicara [di dunia].
Perkara yang telah diketahui bahwa ketika manusia ingin berbicara, maka bahasa
yang digunakan tidak lepas dari bahasa lisan atau tulisan, semua bahasa yang
keluar dari manusia mengandung unsur yang penting, unsur-unsur tersebut adalah
huruf, kata dan kalimat; dari huruf akan terbentuk kata dan dari kata
terbentuklah kalimat.”
Sebuah Renungan
Abu Razin
dan Ummu Razin berkata,“Mempelajari bahasa arab adalah sesuatu yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi karena tidak mungkin kita bisa memahami al-Qur’an
dengan baik tanpa pemahaman bahasa Arab yang baik pula. Belum lagi mutiara
Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam serta ribuan karya ulama Islam disusun dengan bahasa Arab. Maka
patutlah bagi kita kaum muslimin untuk bersungguh-sungguh dalam mempelajari
bahasa Arab di tengah fitnah dunia yang begitu melenakan. Betapa banyak kaum
muslimin yang lebih ridhaa menyisikan waktunya, menghabiskan uangnya untuk
biaya kursus, membeli bukunya, mengikuti tes-tesnya untuk bahasa Inggris tetapi
di saat yang sama tak ada waktu, tak punya uang, tak ada buku, tak ada tempat
belajar yang dekat, sudah terlalu tua, untuk bahasa Arab.” Sungguh memprihatinkan.
Oleh karena itu, Abdurahman Baharudin Wahid melalui Blog Pintar Bahasa Arab mengajak umat islam semuanya bersama-sama
menyisihkan waktu dan memberikan perhatian yang lebih untuk bahasa Arab. Semoga Allah merahmati kita semua.
Salam, Pintar Bahasa Arab.
Selayang
Pandang Ilmu Nahwu dan Sharaf
Diantara cabang ilmu bahasa arab adalah ilmu nahwu
dan sharaf. Walaupun keduanya berbeda tapi keduanya memiki kaitan yang sangat
erat. Berikut ini adalah definisi dari kedua ilmu tersebut:
Ilmu Nahwu
adalah Ilmu yang mempelajari tentang jabatan kata dalam kalimat dan harakat
akhirnya, baik secara i’rab (berubah)
atau bina’ (tetap). Ilmu nahwu ini
mengkaji tiga hal yaitu huruf, kata dan kalimat.
Sedangkan, Ilmu
Sharaf adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dan
perubahannya dengan penambahan maupun dengan pengurangan.
Adapun keterkaitannya akan semakin kita pahami jika
kita mengikuti pelajaran di Blog Pintar
Bahasa Arab sampai tuntas. InsyaAllah.
Disusun untuk: http://pintar-bahasa-arab.blogspot.com
Sumber:
Al-Atsary,
Abu Hamzah Yusuf. 2007.Pengantar Mudah
Belajar Bahasa Arab. Pustaka Adhwa: Bandung
Razin,
Abu dan Ummu. 2010. Ilmu Sharaf Untuk
Pemula: Seri belajar Cepat bahasa Arab. www.arabic.web.id
Zakaria,
Aceng. 2004. Al-Muyassar Fii Ilmi
An-Nahwi. Garut: ibn azka press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar